Kamis, 07 Agustus 2008

Patofisiologi

A. Patofisologi

Ketika peristaltik berhenti daerah usus yang terlibat akan menjadi kembung dengan gas dan cairan. Dalam satu hari kurang lebih 8 liter cairan dikeluarkan ke dalam lambung dan usus halus, secara normal sebagian besar cairan ini direabsorbsi di dalam kolon. Jika peristaltik berhenti, bagaimanapun akan banyak cairan tertahan di dalam lambung dan usus kecil. Cairan yang tertahan ini meningkatkan tekanan pada dinding mukosa dan jika tidak dikeluarkan mengakibatkan iskemic nekrosis, invasi bakteri dan akhirnya peritonitis. Kehilangan sodium dan ion-ion klorida menyebabkan keluarnya potassium dari sel mengakibatkan alkolosis hypokalemik. Ketika obstruksi mekanik terjadi gelombang peristaltik sebelah proksimal dari daerah obstruksi meningkat sebagai usaha untuk mendorong isi usus melewati obstruksi. Gerakan peristaltik ini menyebabkan bising usus yang tinggi.

Kandungan abdomen akibat usus yang kembung akan menyebabkan ventilasi paru-paru terganggu oleh tekanan pada diafragma. Tekanan pada kandung kemih dapat menyebabkan retensia urine. Konstipasi terjadi pada obstruksi mekanik karena sebagian dari feses biasanya lewat daerah obstruksi. Jika peristaltik berhenti sepenuhnya seperti pada ileus paralitik atau obstruksi organik yang komplit, maka tidak terjadi defekasi sama sekali (obstruksi) (Long, B.C, 1996:244).

Laparatomi merupakan operasi besar dengan membuka rongga abdomen yang merupakan stressor pada tubuh. Respon tersebut terdiri dari respon sistem saraf simpati dan respon hormonal yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stres terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah maka mekanisme kompensasi tubuh terlalu berat sehingga shock akan menjadi akibatnya. Respon metabolisme juga terjadi karbohidrat dan lemak dimetabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh dipecah untuk menyajikan asam amino yang akan digunakan untuk membangun sel jaringan yang baru (Rumahorbo, H, 2000:207). Pemulihan fungsi usus, khususnya fungsi peristaltik setelah laparatomi jarang menimbulkan kesulitan. Illues adinamik atau paralitik selalu terjadi selama satu sampat empat hari setelah laparatomi, bila keadaan ini menetap disebabkan karena peradangan di perut berupa peritonitis atau abses dan karena penggunaan obat-obat sedatif (Sjamsuhidayat, 1997:387).

Tindakan pembedahan menimbulkan adanya luka yang menandakan adanya kerusakan jaringan. Adanya luka merangsang reseptor nyeri sehingga mengeluarkan zat kimia berupa histamin, bradikimin, prostaglandin akibatnya timbul nyeri.

Tidak ada komentar: